Senin, 09 Mei 2011

CerPen : Kaos Kaki Hitam Susi

Tepatnya di sebuah sekolah megah di pinggiran Kota Kuningan, Susi sedang duduk di kursinya sambil menulis catatan pelajaran Bahasa Indonesia dari papan tulis. Lima menit kemudian, setelah dirasa catatan itu telah selesai, gadis itu melempar pulpen hitam yang semula berada di tangannya ke sembarang tempat.

"Hey, pulpenmu tuh! Apa kau ingin membuangnya?" tanya Mira, teman sebangkunya.

"Nanti saja diambilnya. Aku mau ke kantin." Mira menatap kepergian teman sebangkunya ini dengan sebal. Padahal ini bukan jamnya istirahat, tapi anak satu itu selalu saja keluar kelas seenaknya.

Masih pada hari itu. Susi sedang berkutat dengan PR Matematikanya. Hari sudah larut, terbukti karena jam dindingnya sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Hahh..sulit sekali! Sudahlah! Lebih baik besok aku menyontek pada Mira saja." ucapnya sambil meregangkan tubuh di kursi.
Tanpa berlama-lama, ia langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur.
Jam alarm berbentuk kelinci itu berdering sangat nyaring. Sontak melemparkan Susi dari mimpi indahnya. Ia mengulurkan tangan menuju meja kecil di sampingnya dan menekan salah satu tombol pada jam alarm itu dengan kesal. Namun beberapa detik kemudian Susi menarik kembali jam alarm itu.


"APA?? SUDAH JAM TUJUH!!" teriak Susi sambil memelotot jamnya dengan tatapan tak percaya. Dengan bergegas ia loncat dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi.

Susi berlari melewati ruang tamu. Ia sama sekali belum memasang kerudungnya.

"Susi, apa tak sarapan dulu?" tanya ibunya yang heran mengapa putrinya sangat terburu-buru.

"Aku sudah terlambat, Bu. Assalamualaikum!" teriak Susi sambil terus berlari terbirit-birit.

"Waalaikumsalam." jawab wanita paruh baya itu setelah menggeleng-gelengkan kepalanya menyaksikan kelakar Susi.

"Panas sekali! Aku pegal!" ujar Susi sambil meringis kesakitan. Ia melirik kesana-kemari. Sama sekali tak ada orang di lapangan kecuali dia. Tentu saja, sekarang waktunya semua murid untuk belajar di kelas, lalu mengapa dia masih ada disini? Jawabannya sangat mudah! Ini semua adalah hukuman yang diberikan karena ia sudah terlambat datang ke sekolah.

"Gara-gara Matematika sialan! Aku jadi harus berada disini!" Susi mendengus sebal sambil mengelap keringatnya.

"Ha Ha! Aku kira kau tidak datang ke sekolah!" ejek Rani ketika melihat Susi melangkah menuju bangkunya.

"Tertawalah sepuasmu!" Susi tak menoleh ke arah Rani, ia lebih memilih untuk tak memperdulikannya.

"Kau terlambat lagi? Apa karena PR?" tanya Mira sambil memasang tampang juteknya. Ia adalah orang yang paling mengenal Susi selama ini. Semua kebiasaan Susi, hal-hal yang disukainya, bahkan semua kebiasaan buruk gadis itu pun diketahuinya.


"Hahh..", Susi mendesah pelan.

"Aku lebih suka jika kau merubah sifatmu! Aku heran mengapa kau bisa betah bersama kebiasaan-kebiasaan burukmu itu?" ujar Mira dengan serius.

"Ah! Aku tak peduli dengan itu! Terserahku saja! Aku yang menjalani hidupku, kau tak perlu ikut campur!" seru Susi dengan ketus. Ia sempat menatap mata Mira dengan tajam.


"Bu Ani menuju kesini!" ujar Mira. Bu Ani memasuki kelas masih dengan tampang arogannya.

"Selamat siang anak-anak." ucapnya dengan santai.

"Mati aku! Aku belum mengerjakan PR Matematika. Hahh.. bagaimana ini?" bisik Susi dengan panik.

"Buka tugas yang Ibu PR kan dulu!" perintah Bu Ani. Perawakannya yang subur dan berwajah sama sekali tidak imut, membuat siapapun tak kuasa untuk menolak apapun yang diperintahkannya. Apalagi ketika mendengar suara Altonya yang menggema hingga ke seluruh sudut sekolah.

"Mira, aku pinjam bukumu. Please.." pinta Susi dengan tampang menyedihkan, panik sekaligus ketakutan.


"Selalu begini! Lain kali kau harus mengerjakannya sendiri!" seru Mira dengan tampang kesal setengah mati.

"Iya, iya! Dasar cerewet! Sini kemarikan bukumu!" tanpa basa-basi Susi langsung menarik buku latihan Matematika milik Mira.
Mira hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menyesali takdirnya yang harus duduk sebangku dengan gadis dengan sejuta sifat buruk seperti Susi.

"Ya ampun, pulpenku kemana?" ucap Susi sambil kebingungan. Ia telah menggeledah tasnya namun pulpen miliknya sama sekali tak ada.

"Bukannya kemarin masih ada?" tanya Mira yang membuat Susi diam seketika. Susi mencoba mengingat kejadian kemarin, pulpennya benar-benar hilang sekarang. Bagaimana tidak? Jelas-jelas kemarin ia melemparkannya ke sembarang tempat, alhasil sekarang pulpen itu lenyap.

"Jangan katakan kalau kau.." belum sempat Mira menyelesaikan kalimatnya, Susi sudah terburu-buru menggeledah isi kotak pensilnya dan mengambil sebuah pulpen hitam dari sana.

"Kemarin aku lupa mengambilnya. He he.." sahut Susi sambil menyeringai lebar.

"Huh, dasar!" dengus Mira sebal.


"Keluar!" perintah Bu Ani dengan nada pelan, namun cukup membuat Susi dan Mira tersentak. Mereka tak menyedari bahwa wanita paruh baya itu sudah ada di hadapan mereka dengan wajah sinis.


"Ap.. apa?" tanya Susi mencoba meyakinkan pendengarannya.

"Kerjakan di luar! Sekarang kau keluar, Susi!" jelas Bu Ani sambil menatap Susi dengan tatapan elang.

Susi keluar dari bangkunya dan melangkahkan kaki dengan malas menuju arah pintu. Mira hanya menghela nafas menatap hal itu.



"Bu, kaos kaki hitamku mana?" teriak Susi dari dalam kamarnya.

"Hahh.. Susi.. Susi.. Pagi-pagi sudah teriak-teriak!" ujar ibunya sedang kesal.

"Kaos kaki ku mana?" tanya Susi lagi. Ia mencari-cari sampai ke belakang rak sepatu, namun barang yang dicarinya tak ditemukan.

"Mana Ibu tahu! Salahmu kenapa selalu menaruh barang sesuka hati!" jawab ibunya sambil ikut-ikutan mencari.
Susi tak bergeming lagi, ia malah sibuk berfikir. Tanpa berlama-lama lagi ia berlari menuju kamarnya.

"Sudahlah, pakai yang ada saja." ujar Susi sambil membawa sesuatu di tangannya. Sebuah mangset hitam yang lumayan panjang.

"Pakai mangset? Tak salah? Kenapa tak memakai kaos kaki putih saja?" tanya ibunya dengan heran.

"Mana ada orang sedang Pramuka memakai kaos kaki putih! Ibu ini ada-ada saja. Aku takut dihukum kakak pembina Pamuka!" ujar Susi sambil memasang mangset hitam itu di kakinya.

Terlihat konyol memang, mangset yang disulap menjadi kaos kaki jadi-jadian itu secara kasat mata memang terlihat sangat mirip dengan kaos kaki. Namun jari-jari kakinya terbuka. Selama ia tidak melepas sepatunya, tentu tidak akan ada yang mengetahui bahwa ia memakai mangset.

"Capek-capek Ibu membelikan sepatu baru, kaos kakimu seperti itu!" ujar wanita paruh baya itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Biar saja lah, Bu! Yang penting tidak ketahuan kan?" ucap Susi sambil tersenyum puas akan ide briliannya. Susi mencium tangan ibunya dan pergi menuju sekolah di pagi hari yang cerah itu.
Susi berjalan menuju kursinya.


“Susi, Susi!! Untung ada kau! Kau memakai kaos kaki coklat kan? Boleh aku pinjam? Aku mohon pinjami aku! Atau nanti aku akan dimarahi pembina lainnya.” Ujar Nisa sambil memasang tampang super paniknya.


“Lalu aku?” Susi menatap Nisa dengan tatapan ingin penjelasan.


“Kau sih enak! Kau tidak akan dimarahi. Ayolah Sus!” pinta Nisa lagi, kali ini tampangnya benar-benar memelas.
Susi gugup setengah mati, ia hanya dapat menelan ludahnya.


“Bagaimana ini?” gumam Susi dalam hati. Wajahnya terlihat panik, namun ia berusaha menutupinya. Ini benar-benar tak boleh terjadi! Bagaimana bisa ia meminjamkan kaos kaki hitamnya yang ternyata adalah sepasang mangset? Sungguh tak dapat dibayangkan kalau ada yang mengetahui kenyataan konyol ini.


“Errghh.. Bagaimana ya?” ucapnya pelan. Ia melihat mata Nisa yang penuh harap.


“Kali ini saja!” ujar Nisa.
Satu sisi Susi merasa kasihan dengan Nisa yang sudah baik padanya, namun di sisi lain ia juga tidak mungkin meminjamkan kaos kakinya.


“Nisa, aku mendapatkan kaos kakinya!” teriak seseorang dari pintu kelas.
Susi dan Nisa menoleh kearah datangnya suara bersamaan.


“Terimakasih, Non!” ucap Nisa dengan riang. Gadis itu tersenyum gembira sambil berlari ke arah temannya yang membawa kaos kaki hitam itu.


“Aku tidak jadi meminjamnya, Sus.” Sahut Nisa sebelum benar-benar meninggalkan kelas.

Susi benar-benar bersyukur kepada Tuhan atas pertolongan-Nya. Ia menghela nafas lega sambil bersandar di punggung kursi.


“Hai Sus!” sapa Rani yang baru saja tiba. Ia menaruh tas selempangnya di atas mejanya sendiri yang bersebrangan dengan meja Susi.


“Hai!” balas Susi dengan malas, namun ia menyunggingkan sebuah senyuman manis.


“Kau terlihat pucat sekali, kau sakit?” tanya Rani.


“Tidak, aku tidak apa-apa.” Jawab Susi sambil membungkuk. Ia mencoba memasang tali sepatunya yang terlepas tadi.
Rani memperhatikan tindakan Susi dan menaruh perhatiannya pada sepatu yang dipakai Susi.


“Sepatu baru, ya?” tanya Rani dengan jahil. Dengan cepat ia segera menarik sepatu itu dari kaki Susi. Dan alhasil, sepatu itu terlepas dengan mudahnya.


“Hey!!” Susi terkejut akan perlakuan Rani barusan.


“Su.. Susi..” desah Rani pelan. Ia menatap aneh ke arah kaos kaki Susi. Jari-jari kakinya terlihat. Susi terlihat gugup bukan main.


“Kaos kaki macam apa itu? Aku baru melihatnya!” ujar Rani sambil memperhatikan kaki Susi dari jarak yang sangat dekat.
Karena teriakan Susi barusan, sontak semua orang yang ada di kelas menoleh ke arah merek. Terlebih lagi setelah mendengar pertanyaan Rani barusan, mereka tertarik untuk melihat.
Susi mematung di tempat, mulutnya menganga lebar. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan.


“Hey, sepertinya itu bukan kaos kaki hitam seperti biasanya! Itu.. itu mangset bukan? Bukannya mangset biasanya dipakai di tangan, tapi kenapa kau memakainya di kaki?” tanya salah satu dari mereka dengan tatapan super menyelidik. Pertanyaan itu cukup mewakili pertanyaan orang-orang yang ada disitu.


“Errgh.. ini.. ini..” ucap Susi sambil tergagap. Keringat dingin mengucur di keningnya, ia benar-benar gugup.


“HA HA HA.. KAU ITU ADA-ADA SAJA, SUSI!! HA HA HA!!” semua orang yang ada disitu tertawa terbahak-bahak, terkecuali Susi.
Jujur jika ditanya apa yang paling Susi inginkan saat ini, tentu jawabannya adalah “menghilang dari tempat ini sekarang juga”. Wajahnya merah padam sekarang.

“Lain kali, aku takkan mengulangi ini lagi! Huh, sial!!” runtuk Susi dalam hatinya.


TAMAT

Kamis, 05 Mei 2011

graduation



Haa..
Dimana-mana, yang namanya pertemuan, pasti diakhiri perpisahan.
Sedih juga sih, tapi mau gimana lagi, bagi mereka yang udah lulus, pasti harus pergi!
Tapi ga da waktu buat sedih-sedihan! (Toh siapa juga yang sedih? Biasa aja tuh :P)
Acara dilangsungkan di Restaurant Lembah Ciremai-Kuningan.
Acara berlangsung dengan sederhana, meriah, dan sukses (Meski ada sedikit ricuh karena saking bahagianya :D) !!!
Di bawah ini ada sedikit foto-foto yang berhasil aku kumpulkan dari beberapa sumber (Kali ini aku ga nyolong kayak biasanya ^^).


Heal The World.. Make it better place..
Hohohohoho.. Ini dia persembahan dari kakak-kakak kelas XII IPS yang mempersembahkan sebuah hiburan yang mengharukan..^^
Apalagi video kreasi mereka, bikin semuanya terharu T_T



Hohohoho.. Sebelum acara mulai, ga da salahnya donk periksa penampilan di depan kamera??
Said CHEEEESEEEE!!!!!!


Osada tetap mejeng donk pastinya!!
Ada Nadia Wijayanti sama Sudari J.S
Lumayan kan? (Ampun ya girls, aq cuma bercanda :D)


Yovani Aulia sama Nuralfiani (Vivi)..
Gaya beneeerrr... >,<


Osada lagi.. Osada lagi..
Bosen ..
Wkwkwkwk.. ga apa-apa lah..
Ada Gita, Siti, dan Yova..


Lho???
Kok ada akunya??
Waahh.. keren bener!!!!! (Lebai akh..)
Ada Yuyun Yuniawati dan AKU TENTUNYA !!!


Tau gak sih?
Ini tuh baru sedikit gambaran tentang perpisahan yang tanggal 30 kemarin.
Ricuh banget kan keliatannya? Jelas,, orang semuanya pada joged-joged gak jelas!!
Aku aja sampe stress ngeliatnya..
Huuuhh >,<


Rame bener..


Cee ilaahh..
Osada banget lah..
Absen nih!
-Yovani Aulia Putri
-Dian Pratiwi
-Ratih Rahmawati Sa'adah
-Sundari Juita Sari
-Nova Nur Aropah
-Lidia Gita Pratiwi
-Nadia Wijayanti
-Nadia Alifah Fazria
-Indriani Eka Herdiawati
-Novia Kusuma Wardani
Hadir semua ternyata.. :D hehehe


Ckckckck..
Ada-ada aja deh.
Ini adalah persembahan dari OSADA!!!
Keren banget lho!!!


Band lagi.. Band lagi..



Yaa.. abis deh fotonya..
Maaf ya, kalau ada kesalahan..
OK lah, akhir kata,
Aku dan seleruh perwakilan adik-adik kelas, selalu mendoakan yang terbaik untuk kakak-kakak kelas semuanya..
Semoga sukses!!
HIDUP SMA NEGERI 1 CILIMUS!!
HIDUP.. HIDUP.. HIDUP!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!